Darul Arqam, Pesantren Pertama ummat Islam

Darul Arqam, Pesantren Pertama ummat Islam

Indralaya, Kampoeng Tauhiid Sriwijaya-Sekitar tiga tahun Nabi SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi dari mulut ke mulut di kota Makkah, akhirnya jumlah orang-orang yang masuk Islampun telah mencapai tiga puluh orang.

Melihat hal ini Nabi SAW berinisiatif menggembleng keimanan dan ke Islaman para sahabat di tempat khusus. Pada saat itu ada lelaki bernama Al- Arqam bin Abil Arqam yang secara sukarela mewakafkan rumahnya untuk membantu dakwah Nabi SAW membangun rumah belajar umat Islam yang berlokasi dibawah kaki bukit Shafa dekat Masjidil Haram.

Namun, tempat ini dirahasiakan agar tidak diketahui oleh orang-orang musrikin pada waktu itu. dikarenakan apabila samapai diketahui oleh orang musrikin berpotensi terjadi bentrok fisik yang akan menghancurkan orang Islam itu sendiri yang pada saat itu jumlah orang muslim masih minim. tempat itu juga sebagai tempat pertemuan orang-orang muslim sejak tahun kelima kenabian.

Di tempat itulah pendidikan Islam pertama dalam sejarah pendidikan Islam. Disana Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan ayat-ayat Al-Qurán kepada para pengikutnya dimana santrinya merupakan santri terbaik generasi sahabat dan dibimbing langsung oleh Nabi SAW.

Sehingga menurut Sayyid Qutub bahwa generasi sahabat itu generasi yang bertemu dalam diri mereka konsep langit dan realitas bumi, merekalah manusia-manusia pilihan yang tidak akan ada lagi generasi seperti mereka.

 

 

Fefrensi : Ar-Rahiq Al-Mukhtum, Ust. Roni Abdul Fatah, MA

Mengenal Zainab Binti Ali Bin Abi Thalib

Mengenal Zainab Binti Ali Bin Abi Thalib

Bismillahirrohmanirrohim

Zainab binti Ali bin Abi Thalib adalah cucu pertama Rasulullah SAW dari putrinya, Fatimah Az-Zahra.
Dia terkenal karena keberanian dan dukungannya terhadap Husain, kakaknya yang syahid di medan Karbala.
Ia juga melindungi seluruh keluarga Husain beberapa bulan setelahnya, ketika mereka dipenjara oleh Dinasti Umayyah.

Zainab dilahirkan sekitar lima tahun sebelum Rasulullah SAW wafat. Zainab adalah seorang wanita mulia yang mempunyai logika berpikir yang jernih, banyak ide, fasih, dan juga menguasai ilmu bahasa.

Dia adalah anak ketiga pasangan Ali dan Fatimah, setelah Hasan dan Husain dengan jarak kelahiran sekitar satu tahun antara setiap anak. Kelahirannya diikuti oleh saudara perempuannya, Ummu Kultsum.

Zainab menikah dengan anak pamannya atau sepupunya, Abdullah bin Ja’far.  Dia melahirkan beberapa orang anak seperti Muhammad, Ali, Abbas, Ummi Kultsum dan ‘Aunal Akbar. Dia juga sering menceritakan tentang ibunya, Fatimah binti Muhammad SAW dan Asma’ binti Umais.

Zainab juga meriwayatkan beberapa hadits. Beberapa orang juga meriwayatkan hadits yang berasal darinya, seperti Muhammad bin Amru, Atha bin As-saib, dan Fathimah binti Husain bin Ali.

Di antara beberapa perkataan Zainab yang dikenal adalah, “Barangsiapa yang menginginkan makhluk menjadi syafaat baginya menuju keridhaan Allah, maka hendaklah dia sering-sering memuji Allah (dengan ucapan alhamdulillah). Tidakkah kau mendengar perkataan mereka ‘Sami’a Allahu liman hamidah’ (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya), kemudian Allah meringankan qudrah-Nya yang akan menimpamu. dan merasa malu untuk menurunkan cobaan lebih besar karena kedekatan-Nya padamu.”_

Zainab meninggal dunia pada tahun 65 Hijriyah/

 

Sumber : Baitun Nubuwwah.

SHOLAT MENCEGAH KEBURUKAN

SHOLAT MENCEGAH KEBURUKAN

Bismillahirrohmanirrohim
Miris sekali ketika mengetahui apabila seseorang muslim menganggap sholat adalah ibadah yang paling melelahkan, merepotkan bahkan membuang-buang waktu yang menjadi bagian dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Mereka tahu bahwa Sholat merupakan hukum wajib untuk dilaksanakan bagi setiap kaum muslim, sehingga para kaum muslim melaksanakannya secara terpaksa hanya sebagai pengugur kewajiban. Astagfirullahaladzim.
.
Sahabat sekalian.. Perlu kita ketahui bahwasannya apa yang Allah perintahkan adalah sesuatu hal yang sangat amat bermanfaat. Allah sudah mengatur semuanya sebaik mungkin untung keberlangsungan alur hidup kita. Allah telah menurunkan pedoman hidup setiap ummat muslim agar tidak berada dalam kesesatan dunia. Karena sesungguhnya dunia adalah suatu kehidupan yang menipu.
Allah SWT berfirman :

.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

 

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian tanaman itu menjadi kearing dan lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras san ampunan dari Allah serta keridhoan-Nya. dan Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid 57 : 20) 

Ingatlah bahwa firman Allah itu benar dan janji-Nya itu pasti yaitu shalat itu memang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan Mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut 29:45)
Shalat memang bisa mencegah dari perbuatan dosa dan maksiat, serta bisa mengajak pada kebaikan. Namun dengan syarat shalat yang tergantung kepada kualitas ibadah shalat yang dilakukan. Kualitas shalat yang bagus antara lain ditandai dengan hati yang bersih, suci, penuh ikhlas dan benar-benar kembali bertaubat kepada Allah SWT, menghadirkan hatinya menghadap Allah SWT, dan kuatnya keimanan di dalam hati. Karena ketika sedang shalat, seseorang sedang melakukan ketaatan kepada Allah SWT. dan dengan syarat-syarat seperti Masuknya waktu sholat, Suci dari hadats besar maupun kecil, suci badan, tempat pakaian yang dikenakan, menutup aurat dengan sempurna dan menghadap kiblat.
.
Jika ternyata tidak demikian shalat kita, maka patutlah kita mengoreksi diri. Dan tidak perlu jadikan shalat tersebut sebagai “kambing hitam”. Dari sahabat Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ

“Barangsiapa yang mendapati kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapati selain dari itu, janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (HR. Muslim no. 2577).

Masyaallah Tabarakallah, Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang bertaubat, selalu memebersihkan hati, dan selalu ikhlas dalam menegakkan kewajiban atas perintah Allah.
Aamiin Yrabbal alamiin
Semoga kita di jauhkan dari sifat sombong, angkuh dan ahli dunia.
Naudzubillah mindzalik
KEUTAMAAN HARI JUM’AT BAGI UMAT ISLAM

KEUTAMAAN HARI JUM’AT BAGI UMAT ISLAM

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum.wr.wb
Hari Jumat adalah hari yang paling mulia. Hari jum’at merupakan hari berkumpulnya kaum Muslimin dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah Jum’at yang mengandung pengarahan dan pengajaran serta nasihat-nasihat yang ditujukan kepada kaum Muslimin yang semuanya mengandung manfaat baik untuk agama dan dunia.
Keberkahan yang dimiliki hari Jum’at, bahwa siapa saja yang menunaikan shalat Jum’at sesuai dengan tuntunan adab dan tata cara yang benar, maka dosa-dosanya yang terjadi antara Jum’at tersebut dengan Jum’at sebelumnya akan diampuni. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى.”
Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan ke Jum’at berikutnya.” (Shahih al-Bukhari dari Salman al-Farisi Radhiyallahu anhu)

 

Adapun sunah di hari jum’at ialah anjuran membaca Surat Al Kahfi yang mempunyai keajainban dimana jika setiap muslim dan muslimah yang membacanya dengan niat ikhlas demi mengharap ridho Allah, apalagi sampai mengimani dan menghayati makna-maknanya serta berusaha mengamalkannya, tentu keagungan, khasiat dan keajaibannya akan berdampak besar sekali dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الجُمْعَتَيْنِ

“Siapa yang membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at, cahaya akan meneraginya di antara dua jum’at.” (HR. Al-Hakim)

 

Di hari Jum’at ini juga terdapat waktu-waktu dikabulkannya do’a. Dalam ash-Shahihain Rasulullah SAW  bersabda :

فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.
“Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menun-jukkan sedikitnya waktu itu.” (HR. Abu Hurairah)
Jangan lupa juga Memperbanyak shalawat Nabi di setiap hari Jum’at, Rasulullah SAW bersabda :

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

 

Perbanyaklah shalawat kepadaku  pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Abu Umamah)

 

Maka, sudah sepantasnya seorang Muslim memanfaatkan hari yang mulia dan penuh barakah ini dengan melakukan ibadah-ibadah wajib maupun sunnah, memperbanyak berdoa di sepanjang hari Jum’at tersebut, sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari, dengan penuh harap bersesuaian dengan waktu dikabulkannya doa (waktu ijabah).

.
.
.
.
Masyaallah Tabarakallah sungguh banyak sekali keistimewaan hari jum’at ini yahh😇
Semoga keberkahan selalu mengiringi kita semua
Aamiin Yarabbal Aalamiin🤲
Antara Ilmu dan Akhlak

Antara Ilmu dan Akhlak

Bismillahirrohmanirrohim

Hidup sangat berkaitan erat dengan yang namanya akhlaq. Sesungguhnya kedudukan akhlaq lebih tinggi dari pada ilmu. Ilmu tanpa Akhlaq adalah sia-sia, ilmu tanpa akhlak adalah usang dan tak terpakai.

Terdapat Nasihat dari seorang ulama yaitu syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, beliau berkata,

إذا لم يتحل بالأخلاق الفاضلة فإن طلبه للعلم لا فائدة فيه
“Seorang penuntut ilmu, jika tidak menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, maka tidak ada faidah menuntut ilmunya.”

Banyak orang berilmu luas, bertitel akademik tinggi, namun tak sedikit yang terjerumus dalam kasus korupsi. Berapa banyak para kaum intelektual, namun semakin jauh dari kebenaran (Allah). Kita tahu, semakin berkembangnya zaman tak sedikit orang disekitar kita tak mengetahui seberapa penting dan prioritasnya kedudukan akhlaq. Mari kita wujudkan akhlak yang mulia, mempelajari bagaimana akhlak mulia di dalam Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sangat berkaitan erat dengan tujuan Nabi SAW,  diutus adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia.

Nabi SAW bersabda:

إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”

(HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 45).

Kitalah yang akan menjadi generasi selanjutnya. Pantaskan diri kita untuk menjadi penerus yang sebenar-benarnya penerus. Sehari-hari dan sebab terbanyak orang masuk surga ialah tertanamnya akhlaq yang mulia di dalam jiwa sang insan.
Nabi SAW bersabda,

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ اَلْجَنَّةَ تَقْوى اَللَّهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ .

“Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.”

Masyaallah Tabarakallah
Tentu Allah SWT tidaklah rela melihat hambanya menepuh jalan yang salah
Jalan kekufuran
Maka.. Cepatlah Bergegas kembali kepada jalan yang benar.

Belajar dari sekarang, nikmati prosesnya, Insyaallah Allah selalu bersama kita 🙂

KEAJAIBAN SHADAQAH

KEAJAIBAN SHADAQAH

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Apa kabar sahabat fillah?

Hari ini akhimin mau berbagi ilmu sedikit nih tentang Shadaqah

Tahukah sahabat jika ungkapan kasih sayang yang paling indah adalah ketika kalian bisa berbagi kesesama. Tidak hanya ke orangtua, saudara, pasangan, bahkan hingga ke orang lain. Dalam berbagi ke sesama pun tidak perlu berupa materi loh, atau harta benda berupa uang, makanan dan lainnya. Kalian juga bisa berbagi berupa kebaikan, doa, ilmu, tenaga, hingga hal kecil berupa senyuman.

Percaya gak keajaiban sadaqah benar-benar ada?

Nih dibaca dengan seksama ya kisahnya 🙂

Suatu ketika ada seorang pria paruh baya yang ingin menghadiri sebuah pengajian. Namun langkahnya terhenti gara-gara vespanya mogok tiba-tiba. Uang dikantung tinggal Rp 5000. Sayangnya, pom bensin jalannya berlawanan dengan tempat pengajian. Kemudian lantaran takut telat, pria ini pun mendorong vespanya ke tempat pengajian dan akan mengisi bensin nanti.

Sedekah lima ribu berbalas lima juta. Siapa yang menyangka jika pengajian saat itu membahas sedekah. Di akhir tausiah, sang ustad menghimbau jamaah untuk melakukan sedekah dalam rangka membantu masjid. Sang pria pun bingung, hanya Rp 5000 yang dimilikinya. Bahkan nanti mau dibelikan bensin. Setelah berdebat dengan diri sendiri, pria ini pun menyedekahkan uang satu-satunya itu.
Benar saja, ia harus mendorong vespanya yang berat itu. Sempat muncul sedikit sesal hingga akhirnya sebuah mobil menghampirinya. Ternyata rekan satu jamaah si pria tersebut. Lalu setelah ngobrol singkat, teman si pria ini membelikan seliter bensin seharga Rp 10 ribu. Tak cuma itu, ketika hendak pulang teman si pria ini memberikan sebuah amplop yang belakangan diketahui isinya lima juta utuh.

Wah kebayang kan betapa keajaiban Shadaqah benar-benar terbukti. sahabat fillah ada yang punya pengalaman keajaiban Shadaqah? Yuk bisa di share di kolom komentar..

Jangan bosan berbuat baik ya 🙂

Qurrota ‘Ayun

Qurrota ‘Ayun

Cerita Sang Penghafal Al-Qur’an

Bismillahirrohmanirrohim

Di hari Jum’at yang penuh berkah, ingin berbagi sedikit motivasi sederhana,

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Dari sebuah tulisan yang penuh harap siapapun yang membaca termotivasi menghafal Al Qur’an dan menjaga Al Qur’an nya. Semoga Bermanfaat,

 

Suatu hari..

“Ketika langit telah menghitam, pertanda apakah itu? Hujan kah? Badai kah? Ataukah itu pertanda telah sampai masanya kita berlabuh?”
Aku termenung duduk dipinggir kolam itu, angin sepoi melambai halus menyentuh kulit wajahku. Andaikan angin mengerti suaraku, ia akan menjadi teman terbaikku. Aku berjanji, ya aku berjanji. Ah nyatanya akulah yang tak mengerti suara alam.
Sambil mendengarkan lantunan merdu suara syeikh Abdurrahman Al Ausy dari gawaiku, kertas putih itu telah lama terisi kata demi kata akibat tarian tangan yang sangat aku nikmati. Ingin aku ceritakan semuanya. “Mau kah kau mendengarnya?” diam, dan akan tetap diam. Tak ada jawaban. Hanya saja angin memberi tanda dengan bertiup lebih kencang. Membuatku terhenyak, aku harus melanjutkan cerita.
Aku akan bercerita tentang sebuah penyesalan, ah bukan. Lebih tepatnya, pembelajaran.

Kau tahu? Dulu aku mempunyai seorang teman. Ia sangat pendiam. Tak banyak yang ingin ia ceritakan tentang dirinya pada siapapun, bahkan dengan diriku. Ia seorang teman yang bertelinga emas. Cerita apapun dariku, Ia siap mendengarkan kapan pun. Sedih, bahagia, kesal, kecewa, dan berbagai rasa, aku amanahkan padanya. Ya, hanya dia. Teman baikku. Yang kemudian hari aku akan menyesalinya.

Qurrota ‘Ayun namanya. Ia biasa dipanggil Ata. Anaknya manis, tak banyak bicara, murah senyum, ringan tangan, tinggi kurang lebih 157 cm. Kulit sawo matang khas keturunan jawa. Ia berpenampilan sangat sederhana namun menyenangkan mata. Bahkan penampilannya mampu menundukkan pandangan liar kebanyakan lelaki. Ia berjilbab panjang menutup dada.

Ata merupakan salah satu santri di sebuah pesantren, berbeda jauh dengan aku yang hanya anak SMA biasa, jilbabku semi modern, teman-temanku bukan teman-teman yang mengerti tentang agama. Dia seorang anak dari kalangan berada sebenarnya. Namun kepribadiannya, menjadikan tak banyak orang mengetahui itu.

Pertama kali aku bertemu dengannya ketika ia ditugaskan dari pesantren tempat ia belajar untuk mengabdi di daerah kami. Saat itu, di hari pertama ia keliling desa. Ia amat ramah, seluruh warga yang ditemui baik muda, dewasa, anak-anak, orang tua, bapak-ibu, semuanya di sapa dan ia menyapa ku.

“Assalamu’alaikum, hai salam kenal. Ata” Sapa dia sambil mengulurkan tangan.
“Wa’alaikumussalam, salam kenal juga. Kirana” Aku membalas.
“Senang bertemu denganmu, Kirana. Semoga kita menjadi teman yang baik”
“Ee, iya senang bertemu dengan mu juga, Ata” Aku sedikit gugup. Genggamannya kuat sekali.

Ia mengajarkanku tentang kehidupan, seperti air mengalir yang terus jernih, hanya kebermanfaatan yang ia tebarkan. Jika kita dapat menemukan sisi baik kehidupan, kita akan bertemu dengan sisi terbaik diri kita. Ku harap kau percaya itu.
Sejak perkenalan sore itu, kami menjadi teman yang sangat akrab. Mungkin karena kami seumuran. Kemana-mana kami berdua, beberapa kegiatan keagamaan di desa, kami sering menjadi panitianya. Satu hal yang aku tau dari dia, dia tidak pernah melewatkan tilawah Qur’an minimal 1 juz perhari. Aku kagum padanya. Bacaan Qur’annya juga bagus. Wajar saja dia mampu mengajar mengaji anak-anak di desa kami. Bahkan penduduk desa memanggilnya ustadzah.
Dia mempunyai Al Qur’an kecil yang dibawanya kemana-mana. Al-Qur’an itu sudah tidak bagus lagi, sampulnya sudah robek, warnanya sudah kusam. Dan resletingnya sudah macet. Namun ia tetap menyukai Al Qur’annya. Sampai akhirnya aku bertanya,
“Ata, boleh gak aku nanya?” Tanya ku saat ia baru saja mengkhatamkan tilawah rutinnya 1 juz Al Qur’an.
“Emm, nanya apa?” Jawabnya
“Kenapa Ata ngga ganti Al-Qur’an aja? Al Qur’an kan gak terlalu mahal” Kata ku
Ata tersenyum mendengar pertanyaan ku.
“Karena ini pemberian orang tuaku,” jawab Ata sambil memasukkan Al Qur’annya di dalam tas.
Aku mengangguk, tapi masih merasa belum puas dengan jawabannya.
“Ayo sekarang kita pergi” Ajak Ata tiba-tiba.
“Kemana? Bukannya tugas kita udah selesai?” Jawabku malas.
“Ada deh, yuk ah. Terlambat nanti” Kata Ata membuatku penasaran.
Aku pun beranjak dengan malas. Ku ikuti ia pergi.
Perjalanan yang kami lalui ternyata sangat jauh. Meskipun aku asli putri daerah, tapi tetap saja tempat itu asing bagi ku. Kami melewati gang-gang sempit, area persawahan, sungai-sungai kecil, yang kotor dan bau. Aku tidak pernah kesana.
“Ata, masih jauh ya? Kita mau kemana, sih?” Aku bersungut.
“Nggak, bentar lagi sampai kok. Sabar yaa” Seru Ata menenangkan.
Aku merasa daerah ini seperti area pembuangan. Bau menyengat, lalat dimana-mana. Sungguh pemandangan yang tidak menyenangkan. Hampir saja aku menginjak sebungkus nasi busuk yang sudah berlendir. Aku mulai kesal. Aku heran Ata biasa saja melewati daerah itu, bahkan terkadang dia dengan ramah menyapa warga yang tinggal disekitaran tempat tersebut.
Aku melihat dia membawa macam-macam barang dalam kantong plastik. Aku tidak tau isinya apa.

“Ata, masih lama kah? Disini kotor sekali” aku mengeluh
Ata malah tersenyum.
“InsyaAllah sebentar lagi”
“Huft, dari tadi sebentar lagi” aku protes
Tak berapa lama kemudian,
“Nah, kita sampai. Itu rumah yang kita tuju”
Aku melihat sebuah gubuk yang dia tunjuk. Awalnya aku bingung. Mana ada rumah disini. Yang aku tahu, disana hanya ada gubuk kecil yang hampir saja roboh. Kondisinya sangat buruk namun bersih. Apakah itu bisa disebut rumah? Entahlah.
Kami, mendatangi rumah itu.
“Assalamu’alaikum…” Ata mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum Pandu” salam Ata kedua kalinya
“Wa’alaikumussalam kak Ata’?”
Kami masuk kedalam rumah, aku terkejut.Seorang anak lelaki kecil berumur sekitar 9 tahun dengan kaki yang tidak lengkap lagi tertatih mengahampiri kami. Nampaknya inilah anak yang bernama Pandu itu. Tidak ku sangka, dia ternyata buta. Ku ketahui itu saat Pandu ingin bersalaman dengan Ata, namun tangannya menghadap kearahku. Dia nampak bahagia sekali Ata mengunjunginya.
“Ini bu kan kak Ata yaa?” tiba-tiba ekspresinya berubah saat tau bukan Ata yang di salaminya
“Hhe, itu temen kakak. Namanya kak Kirana. Dia cantik dan baik lo” kata Ata sambil memegang tangannya Pandu. Aku hanya terdiam.
“Kakak hari ini mau masak bubur lagi kan? Kakak kemarin janji sama Pandu” kata Pandu berharap. Dia tidak terlalu peduli dengan kehadiranku.

“Iya dong, hadiah special buat anak sholeh. Yang udah berhasi hafal bacaan sholat” kata Ata. Mereka tampak sangat akrab.
“Yeey, Alhamdulillah. Terimakasih kak Ata. Kak Ata pasti lebih cantik dari temen kakak itu” kata Pandu menyindir ku.
Ata tertawa, aku sedikit kesal. Simpati ku pada Pandu jadi berkurang.
“Jangan marah ya kak Kirana, kalau aku bisa melihat pasti aku bisa menilai dengan adil siapa yang paling cantik, hhe” seloroh Pandu
Aku sedikit terhenyak dengan kalimat Pandu barusan. Ya, dia tidak bisa melihat. Simpati ku padanya bertambah kembali.
“Ahh, gak masalah, asal bubur kamu nanti untuk kakak yaa” ledekku
“Jangan, gak boleh itu khusus buat Pandu. Kak Kirana gak boleh kesini kalo mau ambil bubur Pandu” jawabnya serius
Duh, aku jadi merasa salah bicara. Aku memberi kode ke Ata.
Akhirnya Ata mengeluarkan isi bungkusan yang dia bawa. Yang barusan ku ketahui isinya adalah bahan-bahan untuk membuat bubur.
Bagi Ata yang terbiasa dengan urusan dapur, tidak terlalu sulit menyiapkan bubur kacang hijau untuk Pandu. Peralatan masak ternyata telah rapi disimpan di tempat yang telah diketahui oleh Ata. Aku menduga, Ata lah yang membeli dan menyimpan alat tersebut.
Setelah bubur matang kami pun asyik makan bersama. Sesekali kami saling bercanda. Ada rasa berbeda dalam hati ku kini. Aku merasa amat bahagia. Rumah pandu memang terletak tidak jauh dari tempat pembuangan akhir. Namun aroma busuk dari sampah tersebut tidak terlalu menyengat apalagi dibelakang rumah pandu ada pohon rindang bersama dipan bambu dibawahnya. Dan tempat ini bersih. Angin sepoi-sepoi turut hadir ditengah kebahagiaan kami. 3 anak muda yang saling menyayangi InsyaAllah.
Setelah selesai, dengan sigap Ata mencuci dan membereskan tempat makan sekaligus peralatan masak. Dikembalikan ke tempat semula. Aku terharu melihat Ata.
“Kak kirana, gak boleh melamun” kata Pandu mengejutkanku
Tau darimana Pandu aku melamun..
“Nggak kok, gak melamun” kata ku sambil cengengesan.
“Jangan bohong, dari tadi aku panggilin diam aja” jawab Pandu.
“Hai, aku udah selesai. Yuk Pandu kita kemasjid nanti kamu terlambat lo sholat jum’atnya. Udah wudhu kan?” seru Ata memotong percakapan kami.
“Udah dong..” jawab Pandu
Hah, pandu wudhu? Gimana caranya? Tanyaku dalam hati sambil memperhatikan Pandu.
“Okreyy, yuk caw. Bismillah” kata Ata.
Akhirnya kami bertiga berjalan bertiga menuju masjid.

Sesampainya di masjid banyak warga yang menyapa Pandu dan menuntun Pandu masuk kedalam.
Setelah selesai, kami pulang bersama. Sampai di rumah Pandu kami pun ijin pamit.
Diperjalanan pulang aku bertanya pada Ata.
“Ata, kenapa kau mau melakukan ini?” tanyaku heran.
“Melakukan apa?” tanya Ata.
“Kenapa kau baik pada semua orang? Bahkan kau rela jauh-jauh kesini untuk menolong Pandu”
“Karena aku ingin bahagia” kata Ata sambil tersenyum
“Bahagia?”, aku masih tidak mengerti dengan jalan berpikirnya.
“Apa perasaan mu sekarang? Kamu merasakan sesuatu?” Tanya Ata
“Ehmm, iya sih aku merasa ada sesuatu yang lepas dari diriku. Aku merasa lebih bahagia dan lebih ringan” jawab ku
“Itu lah yang aku cari” jawab Ata
Aku mengangguk mulai memahami. “Jadi kesimpulannya, jika kia berbuat baik maka kita akan bahagia ya?”
“yups, bethol sekali, ketika kamu berbuat baik, maka kamu akan bahagia”.
Aku menyimak apa yang dia sampaikan.
“Kirana, kita hidup itu bukan hanya sekedar hidup. Kita tidak tau kebaikan mana yang akan mengantarkan kita kepada kebaikan-kebaikan lainnya. Dan kita tidak tau kebaikan mana yang menjadi pemberat amal kebaikan diakhirat nanti. Kita juga tidak tau, kebaikan apa yang menjadikan Allah ridho dan suka. Bukankah kita berbuat baik hanya agar Allah ridho dan sayang sama kita? Karena setelah Allah ridho dan sayang sama kita, urusan kita akan Allah permudah, insyaAllah. Maka teruslah berbuat kebaikan sekecil apapun itu, se lelah apa kita dan se tidak berharganya itu bagi orang lain. Dan kau tau, hebatnya kebaikan itu seperti sinar lampu dan cermin di dalam gelap. ”
“Maksudnya?” tanyaku tak mengerti
“Sinar lampu yang hidup di dalam gelap akan menyinari ruangan di sekitar lampu tersebut. Dan, jika setiap sudut ruangan mempunyai cermin yang berhadapan, maka ia akan memantulkan cahayanya dan menyinari ke setiap ruang yang ada cerminnya. Seperti itulah kebaikan, sekali kita berbuat baik, maka kebaikan itu akan memantul dan menularkan ke yang lain, bahkan akan kembali kepada kita dengan cahaya yang lebih terang. Hebat bukan? Dan salah satu cahanya adalah kebahagiaan”
Hem, baiklah. Kini di sepanjang perjalanan pulang aku diam merenungi setiap perkataan yang disampaikan Ata.
Sesampainya dirumah, aku berwudhu dan bersiap sholat ashar. Aku ingin menyiapkan sesuatu yang amat berharga. Untuk Ata. Ata pasti suka. Harapku.
Selepas sholat Ashar. Aku segera mandi. Aku kenakan baju yang bersih, ku ambil celengan ayam ku yang aku rasa sudah hampir penuh. Hari Rabu saat ulang tahunnya, Ata harus menerima hadiah special dari ku. Gumam ku girang. Aku ingin dia bahagia dan aku juga bahagia. Ya, ingin bahagia.


“Kirana, bagaimana matahari pagi kan tersenyum, jika kau semuram itu.”
“Ayolah, hari ini adalah hari yang baik. Percaya padaku!” katanya mantap dengan senyum yang merekah
“Untuk apa kau kesini? Kau sudah tidak menganggapku sebagai teman!” jawab ku ketus
“Maksudmu?” tanyanya tidak mengerti
“Kau bahkan sampai saat ini tidak mau mengganti Al Qur’an mu! Aku lihat sejak kemarin, masih saja kau membaca Al Qur’an itu. Kamu gak tau apa? Aku tu juga sayang sama kamu, aku pengen lihat kamu gak repot lagi kalau mau baca Al Qur’an. Aku juga pengen dapet pahala jariyah dari Al Qur’an yang kamu baca itu. Karena…” tiba-tiba suaraku tercekat ditenggorokkan.
”Karena, karena aku memang belum pandai membaca Al Qur’an.” Jawab ku keras. Aku menanahan tangis.
Ata diam…
“Maafkan aku Kirana, jika aku mengecewakanmu. Aku sangat menyukai Al qur’an pemberianmu. Namun, untuk saat ini, memang aku belum bisa mengganti Al Qur’an itu. InsyaAllah Allah tetap menghitung untuk mu pahala, karena niat mu. Aku yakin Allah menyukai perbuatan mu.”
“Dasar keras kepala, Al Qur’an mu itu sudah jelek Ta, sadarlah!” Aku tutup pintu rumahku dengan keras, aku menangis dibalik pintu”
Detik itu aku merasa menyesal berteman dengannya. Detik itu juga aku beranggapan dia teman yang jahat.
Di balik pintu aku mendengar Ia menangis, dengan suara lirih ia bilang, “Terimakasih Kirana atas semua kebaikanmu, aku juga sangat menyukai Al Qur’an pemberianmu. tapi mohon maaf. Untuk saat ini aku belum bisa mengganti Al Qur’an ku. Aku sangat menyukai Al Qur’an yang aku pakai saat ini, meskipun ini tidak bagus, Al Qur’an ini di beli dari uang orang tua ku. Aku berharap, dengan aku rajin membaca dan menghafal Al-Qur’an ini, pahala mengalir untuk ayah bunda ku. Memang aku bisa membeli dan mengganti Al Qur’an kapanpun aku mau. Namun, aku takut dengan satu Al Qur’an ini aku belum mampu mempertanggung jawabkannya kelak dihadapan Allah. Aku sangat mencintai Al Qur’an ini. Dengan satu Al Qur’an ini, belum tentu aku mampu menghafal nya, memahami seluruh maknanya, bahkan dengan satu Al Qur’an saja belum tentu aku membacanya dan mengamalkannya setiap hari. Lalu apa yang hendak aku katakan pada Rabb ku kelak? Bagaimana aku akan mempertanggung jawabkannya? Bagaimana aku kan menolong orang tua ku diakhirat kelak, padahal aku yang tidak amanah terhadap pemberiannya. Aku mencintai Al Qur’an ini tapi aku takut, aku takut Allah melaknatku melalui Al Qur’an ini.

Sungguh aku takut. Aku harap kau mengerti” lalu Ata pergi meninggalkan aku yang terdiam.
Aku terkejut dengan penjelasan Ata, tanpa aku sadari, ada sesuatu yang menelusuk kedalam hati ku. Dalam, sangat dalam. Hingga bulir mata semakin deras membasahi pipi. Aku merasa menyesal lalu takut, ku buka pintu perlahan. Tapi sosoknya sudah hilang.
Sejak pagi itu sampai sore Ata tidak kerumah ku. Bahkan di balai desa Ata juga tidak kelihatan. Saat kutanyakan ke yang lain, tidak ada yang tau Ata kemana. Hem, barangkali Ata masih marah pada ku. Aku yakin InsyaAllah besok Ata sudah nyamperin aku. Karena Ata berbeda, Ia tidak akan pernah menyimpan dendam, dan tidak akan pernah menyimpan marah berlarut-larut. Aku yakin dia sangat pemaaf. Batin ku menenangkan.

Esok harinya, masih saja aku tidak melihat Ata. Bahkan ia tidak mengunjungi ku. Aku coba ke rumah pak RT tempat dia tinggal selama mengabdi. Dia tidak ada, kata pak RT sudah 2 hari Ata pergi. Kemarin pamit pergi karena katanya ada keluargannya yang sakit. Baiklah, aku lebih tenang karena dia pergi bukan karena marah padaku. Diperjalanan pulang, tiba-tiba aku ingat Pandu. Hari ini hari Jum’at, kalau Ata tidak ada, siapa yang akan mengantarkan Pandu sholat Jum’at? Dengan memantapkan hati, aku segera pulang kerumah mengambil sepeda untuk mengunjungi Pandu. Hampir saja aku lupa jalan kesana, karena baru sekali aku mengunjungi pandu saat bersama Ata waktu itu. Kau tau, aku tidak se sabar Ata, jadi dihari-hari berikutnya setelah hari itu, aku tidak mau lagi diajak mengunjungi Pandu. Paling tidak aku menitipkan ke Ata beberapa makanan, mainan bahkan juga pakaian. Akhirnya setelah kesasar beberapa kali, aku menemukan tempat tinggal Pandu.

“Alhamdulillah tidak terlambat,” kata ku bersyukur melihat jam di tangan ku yang masih menunjukkan pukul 10.20.
Ku parkirkan sepeda ku di dekat tumpukan barang rongsokkan. Ragu-ragu aku mengucapkan salam. Tidak ada yang menyahut, kuulangi sekali lagi tidak ada yang menyahut. Kuberanikan masuk kedalam gubuk tersebut, ternyata tidak ada orang. Barangkali, Pandu sudah berangkat ke masjid pikirku. Entah kenapa aku menjadi sangat peduli padanya, ada perasaan aneh dalam diriku yang begitu kuat. Ingin bertemu dengannya.
Akhirnya aku mencoba mendatangi masjid tempat biasa Pandu sholat jum’at. Sesampainya disana ternyata Pandu juga tidak ada. Coba ku tanyakan kepada bapak-bapak yang ada dimasjid tersebut.
“Oo Pandu, nak Pandu sudah 3 hari ini sakit neng, sekarang dia ada di Rumah sakit. 2 Hari yang lalu neng Ata yang mengantar nya ke Rumah Sakit” kata bapak itu.
Aku terhenyak, ternyata itu adalah Pandu. Setelah ku tanyakan nama rumah sakitnya aku bergegas menuju kesana. Sebelum pergi bapak itu menitip salam dan beberapa lembar uang untuk Pandu. Beliau mengatakan, “Terimakasih ya nak, kalian anak muda yang sangat baik. Warga disini bukan tidak mau merawat Pandu.

Kalian tau sendiri kami juga dari keluarga yang sangat sederhana, kami hanya mampu merawat Pandu ala kadarnya, tidak mampu membawanya ke rumah sakit. Neng Ata, sudah mengajarkan kepada kami tentang kepedulian kepada sesama. Bapak hanya bisa bantu segini untuk kesembuhan Pandu. Semoga eneng dan neng Ata selalu diberi kesehaan dan di murahkan rezekinya. Aamiin”Ku aminkan do’a bapak tersebut. Aku segera beranjak pergi. Ku kayuh sepeda ku dengan cepat, aku benar-benar merasa sedih dan menyesal telah melakukan kesalahan pada Ata.
Sesampainya di rumah sakit. Aku mencari kamar Pandu, ku temukan kamarnya. Aku heran ia berada dikamar VIV, ku ketuk pintu kamar itu.

“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam warrahmatullah”
Ku buka perlahan kamar itu, tampak Pandu sedang berbaring lemas di ranjang dekat jendela. Kamar itu cukup luas, memiliki satu ranjang besar, dan sofa dengan warna coklat muda. Dilengkapi dengan tv dan lemari pendingin. Sungguh kamar yang nyaman. Saat ku cek dibagian pembayaran, Ata lah yang membayarnya. Detik itulah aku baru tau dia dari kalangan orang berada.
“Pandu ini kak Kirana, Pandu masih ingat?”
Sapa ku. Terlihat untuk anak seusia ini, dia amat kuat.
“Kak Kirana, insyaAllah Pandu masih ingat. Kak Ata sering menceritakan tentang kakak padaku”
Tidak kah Ata menceritakan permasalahan kami waktu itu? Semoga tidak.
“Kak Kirana menghadiahi kak Ata Al Qur’an ya..? Al qur’annya bagus sekali kata kak Ata. Pandu juga pengen. Tapi…”
“InsyaAllah nanti kakak belikan Pandu Al Qur’an Braille untuk Pandu ya. Yang penting Pandu cepat sembuh. Oke” hiburku
“Yey, Alhamdulillah.. ternyata memang benar kata kak Ata. Kak Kirana juga orang baik” seru Pandu.
“ehm, ngomong-ngomong kak Ata kemana Pandu?” aku melihat sekeliling dari tadi Ata tidak ada.
“Mungkin sedang ke apotik kak. Pas Pandu bangun kak Ata sudah tidak disini”
Lama menunggu Ata, akhirnya kami saling bercerita. Baru ku ketahui ternyata Pandu sangat terbuka. Meskipun dalam keadaan sakit, dia masih semangat bercerita. Akhirnya ia menceritakan bagaimana awal pertemuannya dengan Ata. Dia juga menceritakan tentang hidupnya dan keluarganya. Sungguh membuat ku tak kuat menahan air mata. Bagiku anak sekecil ini amat kuat, ya amat kuat. insyaAllah lain kali akan ku ceritakan bagian ini di ceritaku yang lain.
Tiba-tiba setelah asyik bercerita, aku mendapatkan kabar yang amat mengejutkan. Tentang Ata..
Aku belum sanggup menceritakannya, saat menulis ini aku menahan bulir mata ini jatuh. Aku berharap mata ini berhenti basah. Semoga aku juga bisa menceritakan bagian ini padamu di lain waktu.


“Terimakasih Ata, sudah menyadarkan aku”
Ata, bagaimana kabarmu kini? bagaimanakah rasa kematian itu? Apakah kau takut? Rindukah kau dengan ku? Ibumu? Ayahmu? Adikmu? Bagaimanakah saat kau bertemu malaikat Munkar dan Nakir. Mengerikankah mereka? Sendirian kah kamu saat ini? Sungguh aku penasaran. Aku merindukan mu Ta.
Aku yakin kau sekarang sedang berbahagia dengan Al Qur’an yang sering kau baca dan dengan dengan pahala kebaikan-kebaikan yang telah kau selesaikan di dunia.
Ata, hari ini aku kembali bertemu dengan Pandu, dia merindukanmu. Merindukan bubur buatanmu, merindukan lantunan Al Qur’an dari bibirmu, dan merindukan kisah-kisah heroik pahlawan islam yang sering kamu ceritakan.
Kau tahu, dia menangis saat tau kau tak akan lagi bisa menemuinya.
“Kak, jadi nanti siapa yang setiap hari Jum’at bantuin pandu sholat ke masjid? Siapa yang akan memasakkan bubur untuk Pandu lagi?” kata pandu disela-sela tangisnya.
Aku terdiam. aku takut tidak bisa menjadi penggantimu Ta’. Kau tau kan betapa tidak sabarnya aku.
Hari itu, daun-daun kering berguguran. Seolah bumi membisu. Burung-burung berhenti berkicau. Pilu amat pilu…
Terimakasih juga Ta’, berkat teladan yang kamu berikan aku jadi memiliki cita-cita untuk nyantri, aku bercita-cita untuk menjadi ahli Al-Qur’an dan mengajarkan Al-Qur’an pada semua orang. Mengabdikan diri untuk umat. Berkat mu juga, kini aku memiliki banyak teman baik. Benar katamu, jika kita tidak bisa bertemu dengan orang baik, maka menjadilah baik agar orang disekelilingmu ikut baik. Karena kebaikan itu menular. Ya benar sekali, kebaikan itu akan menular, kau tau kini aku juga berjilbab panjang sepertimu.

Aku menyesal menganggapmu hanya sebagai teman baik, nyatanya kau adalah teman terbaikku di dunia dan akhirat InsyaAllah…
“Persahabatan kita bukan tentang sering bepergian bersama. Menghabiskan banyak waktu untuk membagi cerita sepanjang hari. Persahabatan kita adalah rangkaian do’a-do’a yang melangit, memohonkan kebaikan-kebaikan untuk mengeratkan hati kita satu sama lainnya. Dan aku, bahagia menjadi sahabatmu. Dengan syarat sederhana, dengan ketulusan tanpa pura-pura”(Anonim)
InsyaAllah kita kan bertemu dan bertetangga di Surga.

Aamiin Yaa Rabb, kabulkanlah…

 

 

 

Penulis : Lailatun Nur Rohmah

Editor : Tim Markom Kampoeng Tauhiid Sriwijaya

 

RAYAKAN IDUL ADHA 1441 H DENGAN PROTOKOL COVID-19

RAYAKAN IDUL ADHA 1441 H DENGAN PROTOKOL COVID-19

Tebar Qurban dengan Protokol Covid-19 di Kampoeng Tauhiid Sriwijaya

Tepat pada hari Jum’at, 31 Juli 2020. Seluruh Umat muslim merayakan Hari Raya Idul Adha 1441 H  dalam suasana pandemi covid-19.

Dalam hal ini status zona di  Pondok Pesantren At-Tauhiid telah memasuki zona kuning dimana sudah diperbolehkannya melaksanakan Sholat Idul Adha berjama’ah tepatnya di masjid nur khairan yang Alhamdulillah berjalan dengan lancar, dan di hadiri oleh beberapa orang tertentu yaitu Pembina Ponpes, Mudir Ponpes, Para Guru/Civitas, Para Muqorrib, Panitia Penyembelihan dan Santri karantina yang diwajibkan menerapkan protocol kesehatan agar mencegah penularan.

Jumlah hewan qurban di tahun ini sebanyak

  • Kambing 41 ekor
  • Sapi 6 ekor

Daging qurban tersebut didistribusikan kepada penduduk-penduduk sekitar yang ada di pelosok desa. Pada proses penyembelihanpun menerapkan protokol covid-19 dan pastinya dilaksanakan sesuai syariat islam.

Terimakasih juga kepada Donatur yang sudah mempercayai Kampoeng Tauhiid sebagai tempat menyalur amal.
semoga tak hentinya selalu diiringi keberkahan Aamiin.

Meskipun suasana Idul Adha tahun ini terasa berbeda di banding dengan tahun sebelumnya karena pandemi covid-19 bukan alasan untuk santri tidak bersemangat dalam menyambut Hari Raya tersebut. justru mereka sangat antusias dalam mencegah, memutus rantai penularan dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan pondok dan membantu persiapan qurban pada h-1.

Patut di Syukuri karena kita masih diberi kesempatan dipertemukan kembali dan merayakan Hari Raya Idul Adha tahun ini.

Tabarakallah mari selalu kita Do’akan semoga cepat berlalunya Covid-19 dan semua Ummat Muslim dapat merayakan Hari kemenangan berikutnya dengan Penuh Semangat seperti biasanya.
Aamiin Yarabbal Aalamiin

….

 

   

   

  

   

   

 

 

 

 

 

 

PENTINGNYA MEMPELAJARI SIRRAH NABAWIYAH-KAMPOENG TAUHIID SRIWIJAYA

PENTINGNYA MEMPELAJARI SIRRAH NABAWIYAH-KAMPOENG TAUHIID SRIWIJAYA

Ogan Ilir, 15 Juli 2020. Kampoeng Tauhiid Present

Tujuan mempelajari Sirrah Nabawiyah bukan sekedar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah. Karena Fiqh Sirrah Nabawiyah bukan termasuk kajian sejarah seperti halnya sejarah raja-raja atau pelajaran sejarah periode silam.

Tujuan mempelajari Sirrah Nabawiyah ialah agar setiap muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna yang tercermin di dalam kehidupan Nabi S.A.W. Karena Sirrah Nabawiyah adalah upaya aplikatif untuk memperjelas hakikat Islam secara utuh dalam keteladanannya yang tertinggi, yakni Nabi Muhammad S.A.W.
Kita dapat memahami pribadi kenabian Rasulullah S.A.W dan kondisi yang pernah dihadapinya serta menegaskan bahwa Rasulullah S.A.W bukan hanya seorang yang terkenal, melainkan sebelum itu beliau adalah Rasul yang di utus Allah SWT dengan Taufik dan Wahyu dari-Nya.

Agar kita sebagai manusia mendapatkan gambaran Al Matsal al-A’la (tipe ideal) menyangkut seluruh aspek kehidupan yang utama untuk dijadikan pedoman kehidupan.
Karena banyak ayat Al Qur’an yang baru bisa ditafsirkan dan dijelaskan maksudnya melalui peristiwa-peristiwa yang pernah dihadapi Rasullullah S.A.W, maka penting untuk mempelajari Sirrah Nabawiyah agar kita dapat terbantu dalam memahami kitab Allah.

Melalui Sirrah Nabawiyah ini, seorang muslim dapat mengumpulkan sekian banyak tsaqofah dan pengetahuan islam yang benar baik menyangkut akidah, hukum dan akhlak. Karena kehidupan Rasulullah Saw merupakan gambaran yang konkret dari sejumlah prinsip dan hukum Islam.

Agar setiap da’i atau pembina islam memiliki contoh hidup menyangkut pembinaan dan dakwah
Dengan mempelajari Sirrah Nabawiyah semoga kita bisa menjadi muslim secara Kaffah (menyeluruh) dan dapat melakukan secara imbang antara kewajiban beribadah kepada Allah dan bergaul dengan keluarga dan masyarakat dengan bai

Yuk Belajar Sirrah Nabawiyah 🙂

 

 

 

 

Sumber : Buku Sirrah Nabawiyah, Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah Saw
Pengarang : Dr. Muhammad Sa’id Al Buthy
Judul Asli : Fiqhus Sirah, Dirasat Manhajiah ‘Ilmiyah li Siratil-Musthafa ‘alaihish-Shalatu was-Salam